Translate

Jumat, 16 November 2012

WEB SERVICE DAN SOA


BAB I
PENDAHULUAN

Saat ini, banyak perusahaan menghadapi dinamika tantangan yang tinggi dalam rangka memenuhi permintaan customer dengan kualitas layanan yang tinggi dan produksi dari beberapa segmen bisnis dan industry. Dalam lingkungan seperti ini yang mengkombinasikan antara inovasi teknologi serta globalisasi ekonomi, membuat pemicu dibangunnya suatu paradigm baru dalam inovasi ekonomi, dimana konsep Virtual Enterprise (Perusahaan Virtual) menjadi posisi yang utama. Banyak perusahan yang menggabungkan sumber daya yang ada untuk supaya lebih efektif dalam merespon permintaan pasar, membuka kesempatan, serta meminimisize biaya melalui suatu bentuk kerja sama yang dinamis.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian
Web service merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk dapat mendukung interaksi komunikasi antar mesin-mesin pada suatu jaringan. Teknologi web service memungkinkan kita dapat menghubungkan berbagai jenis software yang memiliki platform dan sistem operasi yang berbeda. Jadi, kita tetap mendapatkan sebuah potongan informasi dari suatu website tanpa harus mengunjungi website tersebut, cukup dengan mengetahui fungsi/method web service yang disediakan oleh web itu. Kita dapat mengakses potongan informasi itu dengan meletakkan fungsi/method itu pada aplikasi kita.[1]
Web Services adalah sebuah komponen layanan aplikasi yang dapat diakses melalui protokol terbuka yang memanfaatkan Web melalui Simple Object Access Protocol (SOAP) dengan bahasa Web Services Description Language (WSDL) dan teregistrasi dalam Universal Discovery Description and Integration (UDDI). Web services mendukung komunikasi antar aplikasi dan integrasi aplikasi dengan menggunakan XML dan Web. XML (eXtensible Markup Language) adalah sebuah standar untuk mendefinisikan data dalam format yang sederhana dan fleksibel.
Service Oriented Architecture (SOA) adalah sebuah permodelan perangkat lunak yang dibangun dengan pendekatan service oriented. Service oriented sendiri merupakan sebuah pendekatan yang memiliki visi ideal di mana setiap resource dari perangkat lunak terpartisi secara bersih satu sama lain. Setiap resource ini disebut dengan service. Service ini merepresentasikan sebuah business logic atau automation logic dalam sebuah sistem besar. Setiap service memiliki otonomi sendiri yang membuatnya tidak tergantung satu sama lain. Setiap service dapat berkomunikasi satu sama lain melalui sebuah protokol yang sudah terstandardisasi sehingga memudahkan untuk melakukan integrasi service baru dan penyusunan ulang kumpulan service disebabkan proses bisnis yang berubah.
B.     Karakteristik
a.      Karakteristik SOA
1.      Logical view, service yang dilihat dari level operasi bisnis yang diidentifikasi sebagai interface yang independent
2.      Message orientation, Sebuah service yang berhubungan dengan client yang bertukar message.
3.      Discription Orientation, Servive yang didekripsikan sebagai mesin pengolah etadata.
4.      Network Orientation, Service dituntut untuk  di pakai di dalam jaringan. Hal ini menenkankan pada kebutuhan service yang secara otomati serta mudah ditemukan.
5.      Platform neutrality, Pesan disampaikan melaluiinterface yang menggunakan platform netral(multi platform) dan format data yang standart seperti XML.
6.      Service Interface, menyatakan bagaimana service tersebut dapat dipanggil seperti parameter input / output dan lokasi ia berada.
7.      Service implementation, sangat terkait dengan teknologi pemrograman yang digunakan. SOA tidak perlu memperdulikan bagaimana sebuah service di implementasikan.
8.      Service Business Oriented, setiap service yang didefinisikan harus melakukan suatu aktifitas bisnis tertentu.

Gambar Integrasi SOA pada Kegiatan bisnis Bank

b.      Karakteristik Service Web
1.      Merupakan application logic yang dapat diaksesdan dipublikasikan menggunakan standard Internet (TCP/IP, HTTP, SMTP, FTP, JMS, Web).
2.      Dideskripsikan dalam format XML.
3.      Didentifikasikan dengan Universal Resources dentifier (URI)
4.      Bersifat Loosely coupled, self-contained, modular dan terbuka (nonproprietary)
5.      Digunakan untuk mendukung interoperabilitas interaksi machine-to-machine melalui jaringan Internet/Intranet.[2]

Gambar Ilustrasi cara kerja sebuah web service

C.     Kelebihan dan Kelemahan
a.      Kelebihan SOA
Implementasi SOA pada perusahaan relative membutuhkan biaya yang cukup besar. Akan tetapi, dengan perencanaan yang baik, SOA dapat memberikan keuntungan yang lebih besar. Keuntungan dapat dirasakan dari segi biaya dan waktu, antara lain:
1.      Penghematan
Dengan membangun suatu koleksi services, penghematan dapat dimulai. Jika pada proyek yang pertama, waktu dan tenaga yang dihabiskan paling besar, maka proyek selanjutnya, usaha yang dikeluarkan akan makin kecil karena sudah banyak tersedia services sebagai hasil dari proyek sebelumnya yang dapat di-reuse.
2.      Kecepatan
Dalam SOA, proses bisnis dipecah dan disederhanakan dalam bentuk service yang lebih kecil. Ketergantungan yang ada antar service harus diminimalisir. Sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu proses bisnis, cukup service yang berkaitan saja yang mengalami perubahan. Tidak perlu seluruh sistem. Dengan begini, sistem dapat merespon perubahan dengan cepat.
3.      Real-time responsive
Dalam service-service tersimpan business rules dan batasan-batasan dalam bisnis. Dan service-service ini disimpan dan dikelola dalam sebuah server aplikasi yang disebut ESB. Sehingga berbagai jenis aplikasi dapat mengakses business rules tersebut. Apabila terjadi suatu perubahan terhadap business rules, ESB akan mengelolanya secara otomatis. Sehingga business rules yang baru akan berlaku saat itu juga.
4.      Channel independent
Bisnis berkaitan dengan banyak pihak, Baik pelanggan maupun supplier. Berbagai pihak yang behubungan dengan organisasi tentu saja memungkinkan adanya berbagai jenis aplikasi yang berbeda-beda. Dengan adanya service dan ESB, memungkinkan untuk berbagai aplikasi tersebut untuk mengakses business rules yang telah kita definisikan. Sehingga pihak-pihak yang berkaitan dengan organisasi tidak tergantung lagi terhadap suatu aplikasi tertentu yang telah kita definisikan.
5.      Waktu pengembangan yang lebih singkat
Dalam SOA, bisnis proses yang dipecah dalam bentuk service yang lebih kecil memungkinkan perubahan dan pengembangan pada service yang tertentu saja. Karena pengembangan dilakukan secara terfokus, waktu yang dibutuhkanpun menjadi lebih sedikit.
6.      Mengurangi duplikasi
Service dalam SOA dikelola dalam server aplikasi yang disebut ESB. Karena service dikelola secara terpusat, hal ini akan mengurangi kemungkinan adanya duplikasi sistem. Selain itu, bentuk service yang memungkinkan reuseability juga mengurangi adanya fungsi yang sama yang ada didalam sebuah sistem.
b.      Kelemahan SOA
1.      Menyerahkan proyek SOA sepenuhnya ke vendor
Terkadang perusahaan mempercayakan sepenuhnya proyek SOA kepada vendor, dan bergantung hanya kepada teknologi. Padahal SOA bukan hanya masalah teknologi, dan pengembangannyapun tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada pihak luar. Yang mengetahui secara detail mengenai proses bisnis yang ada dalam perusahaan hanyalah orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu tidak sebaiknya prosesnya sepenuhnya diserahkan kepada vendor diluar perusahaan.
2.      Kegagalan dalam rencana dan eksekusi awal dalam implementasi
SOA akan membawa banyak perubahan dalam perusahaan. Karena itu perlu waktu yang tepat untuk melakukan implementasi, agar tidak menimbulkan resiko yang tinggi. Perencanaan perlu dilakukan secara matang. Dan perencanaan dan waktu yang tepat untuk implementasi tidak dapat dialihkan tanggungjawabnya kepada vendor.
c.       Kelebihan Web Service
1.      Web Service menyediakan interoperabilitas antar berbagai aplikasi perangkat lunak yang running pada platform yang berbeda.
2.      Web Service menggunakan standard dan protokol yang open. Jika memungkinkan protokol dan format data adalah text-based, membuatnya mudah bagi pengembang untuk memahami.
3.      Dengan pemanfaatan HTTP, Web Service dapat bekerja melalui banyak pengukuran keamanan firewall yang umum tanpa menuntut perubahan bagi aturan firewall filtering.
4.      Web Service mengijinkan perangkat lunak dan service dari perusahaan dan lokasi yang berbeda untuk dikombinasikan dengan mudah untuk menyediakan suatu service yang terintegrasi.
5.      Web Service mengijinkan penggunaan kembali service dan komponen di dalam suatu infrastruktur
6.      Web Service dapat secara bebas digabungkan (loosely coupled) dengan demikian memudahkan suatu pendekatan terdistribusi ke pengintegrasian aplikasi.[3]
d.      Kelemahan Web Service
1.      Karakteristik standard Web Service saat ini masih dalam tahap perkembangan awal dibandingkan open standard komputer terdistribusi yang lebih matang seperti CORBA. Ini nampaknya akan merupakan suatu kerugian yang temporer ketika kebanyakan vendor sudah merasa terikat dengan standard OASIS untuk menerapkan Mutu dari aspek service dari produk mereka. 
2.      Web Service dapat saja memiliki performance/kinerja yang lemah dibandingkan dengan pendekatan komputasi terdistribusi lain seperti RMI, CORBA, atau DCOM. Ini merupakan suatu trade-off yang umum ketika memilih format yang text-based. XML dengan tegas tidak menghitung antar tujuan disain-nya baik singkatan dari penyandian maupun efisiensi dari uraian. Ini bisa berubah dengan standard XML Infoset, yang menguraikan bahasa yang XML-based dalam kaitan dengan hal-hal yang abstrak (unsur-unsur, atribut, logika bersarang). Penyajian angle-bracket (< >) secara tradisional kini dilihat sebagai suatu serialisasi ASCII (atau Unicode) dari XML, bukan XML itu sendiri. Pada model ini, serialisasi biner adalah suatu alternatif yang sama yang sah. Penyajian biner seperti SOAP MTOM menjanjikan untuk meningkatkan efisiensi wire dari XML messaging.[4]

D.    Standar Pada Web Service
Standar berbasis XML ini termasuk kedalam arsitektur dari web service. Dalam aritektur ini, suatu aplikasi dimodelkan sebagai komposisi dari sekumpulan  service yang disediakan oleh suatu komponen.
Gambar Arsitektur Web Service 

Adapun standar – standar yang terdapat pada web service tersebut adalah :
  1. SOAP (Simple Object Access Protocol) : suatu protokol berbasis XML yang digunakan untuk kebutuhan pertukaran informasi  dalam suatu sistem terdistribusi dan terdesentralisasi. SOAP merupakan protokol  yang bersifat independent terhadap platform, model pemrograman, dan  transport protocol yang digunakan dalam proses pertukaran pesan SOAP. Pesan SOAP berbentuk sekumpulan XML Schema yang mendefinisikan format untuk mentransmisikan pesan XML melalui jaringan, termasuk tipe data dan cara menstrukturkan pesan secara tepat sehingga dapat mudah dipahami oleh server atau  end-point lainnya. Pesan SOAP terdiri dari 3 bagian, yaitu
    1. SOAP Envelop , yaitu : suatu selubung yang mendefinsiikan apa yang ada dalam message dan bagaimana message harus diproses.
    2. SOAP Header, yaitu : berisi informasi yang berkaitan dengan keamanan serta routing. Dalam SOAP header bersifat optional.
    3. SOAP Body , yaitu : berisi data yang berhubungan dengan aplikasi tertentun yang sedang dipertukarkan.
  2. WSDL (Web Services Devinition Language) : Sebuah format XML yang menjelaskan interface dari sebuah web service (parameter input dan output). lokasi keberadaan service tersebut dan bagaimana cara memperolehnya,  secara terstruktur dalam format XML. WSDL mendeskripsikan service dengan menggunakan elemen sebagai berikut :
    1. Type , yaitu : tipe data yang digunakan sebagai argumen dan return type.
    2. Message , yaitu : merepresentasikan definisi data yang ditransmisikan.
    3. Port type , yaitu : sekumpulan operasi yang didukung oleh satu atu lebih endpoint.
    4. Binding , yaitu : mendefinisikan protokol dan format pertakaran data untuk operasi yang didefinisikan oleh Port type.
    5. Port , yaitu : menspesifikasikan end-point yang digunakan untuk binding.
    6. Service , yaitu : koleksi endpoint yang berkaitan yang disediakan oleh Web service.
    7. Operation , yaitu : mendefinisikan kemampuan yang didukung oleh servis tertentu.
  1. UDDI (Universal Description, Discovery and Integration) : Sebuah direktori yang berisi daftar web service yang dapat ditemukan dan dipanggil oleh aplikasi lainnya. UDDI menyediakan mekanisme untuk mempublikasikan informasi mengenai bisnis dan service pada satu lokasi (repository) yang dikelola secara terpusat dan melakukan query mengenai informasi tersebut secara dinamis dan programatis. Direktory UDDI terdiri dari 3 bagian, yaitu :
    1. White pages, yaitu : menyediakan informasi rinci mengenai  organisasi yang menawarkan service
    2. Yellow pages, yaitu : mencakup pengkatagorian jenis industri berdasarkan standard taxonomi industri.
    3. Green pages, yaitu : mendeskripsikan interface dan kebutuhan untuk memperoleh service , seperti return type.



 NAMA
SOA
WEB SERVICE
Architecture
Composite appplications and data services
Finely, grained, loossly coupled, discoverable services
Management
Governance Plan
Dinamic discoverable of appropriate service at runtime
Protocols
Whatever is appropriate (SOAP, AJAX, IMS, SMTP, CICS, REST, PTP)
SOAP WSDL, UDDI WSDL
Message Format
Whatever works, often XML
XML in SOAP
Standarts Bodies
SOA is a Methodology, Not a Standart
W3C=SOAP and WSDL OASIS=UDDI
Tabel Perbedaan SOA dengan Web Service

Dengan standar di atas, web services sangat mendukung implementasi SOA di mana karakteristik SOA seperti loose coupling dan service interface disediakan oleh teknologi web services.[5]

 
BAB III
PENUTUP

Service Oriented Architecture (SOA) merupakan konsep pembangunan perangkat lunak yang melakukan partisi sistemnya menjadi beberapa service yang dapat berdiri secara independent, sedangkan web service merupakan suatu aplikasi web service yang berkomunikasi dengan aplikasi web service lainnya dalam rangka pertukaran data. Dalam mengimplementasikan SOA tidak harus menggunakan web service, namun menggunakan web service meruapakan hal tepat. Hal ini disebabkan karena aplikasi web service dapat mewakili sebuah service dalam SOA. Untuk WSDL dalam web service dapat digunakan agar supaya service dapat berhubungan satu dengan yang lainnya, dengan SOAP sebagai teknologi pengiriman pesan antar service.


Daftar Pustaka

http://blog.unsri.ac.id/Ju_Man/sistem-informasi-berbasis-web/pemanfaatan-fasilitas-teknologi-web-service-dalam-sebuah-sistem-informasi-yang-terintegrasi/mrdetail/62859/
http://e-riset.darmajaya.ac.id/jurnal-ik/wp-content/uploads/2009/10/hendro1.pdf
http://12puby.blogspot.com/2011/07/service-oriented-architecture-soa.html
http://blog.unsri.ac.id/srianggrainideewi/tugas-sistem-informasi-berbasis-web-sibw/artikel-peranan-teknologi-web-service-dalam-sistem-informasi-terintegrasi/mrdetail/62741
http://muhammadnurcahyopratomo.blogspot.com/2012/10/implementasi-service-oriented.html


[1] http://blog.unsri.ac.id/Ju_Man/sistem-informasi-berbasis-web/pemanfaatan-fasilitas-teknologi-web-service-dalam-sebuah-sistem-informasi-yang-terintegrasi/mrdetail/62859/
[2] http://e-riset.darmajaya.ac.id/jurnal-ik/wp-content/uploads/2009/10/hendro1.pdf
[3] http://12puby.blogspot.com/2011/07/service-oriented-architecture-soa.html
[4] http://blog.unsri.ac.id/srianggrainideewi/tugas-sistem-informasi-berbasis-web-sibw/artikel-peranan-teknologi-web-service-dalam-sistem-informasi-terintegrasi/mrdetail/62741
[5] http://muhammadnurcahyopratomo.blogspot.com/2012/10/implementasi-service-oriented.html

Rabu, 14 November 2012

AKHLAK DALAM BERNEGARA


Akhlak Dalam Bernegara


Tuntutan bernegara terdapat dalam surat an-Nisa’ 59 yang berbunyi “Hai  orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu,” (QS. An-Nisa’ : 4: 59). Ayat ini memerintahkan umat islam untuk mentaati Allah, Rasul, dan para pemimpin. Yang dimaksud dengan para pemimpin untuk konteks zaman sekarang tentulah pemerintah. Ini berarti dalam menjalani kehidupan bernegara umat Islam harus tunduk pada pemerintah sepanjang perintah tersebut tidak tidak bertentangan dengan perintah Allah. Berdasarkan ayat ini pula, paham ahlus sunnah wal jamah tidak membolehkan memberontak kepada penguasa sepanjang penguasa tidak menghalangi kaum Muslim melaksanakan ibadahnya meskipun penguasa sendiri tidak melaksanakan syariat islam dan berbuat zalim.
Fungsi pemerintah ibarat “wasit” dalam sebuah pertandingan. Karena itu, setiap pelanggaran yang terjadi di tengah masyarakat hendaklah diserahkan kepada pemerintah; dalam hal ini adalah aparat yang berwajib yaitu kepolisiandan pengadilan. Umat islam tidak boleh main hakim sendiri. “Pengadilan jalanan” bukannya akan menciptakan suasana tentram, tapi meresahkan masyarakat sehingga menimbulkan instabilitas negara yang akan berakibat pada terganggunya roda perekonomian. Sejatinya umat islam harus membantu negara menyelesaikan tugas dan kewajibannya, bukan malah menambah beban negara dengan melakukan aksi-aksi anarkis. Umat islam harus bahu-membahu membantu aparat pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas mereka karena keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Menurut ajaran islam, umat islam dituntut untuk tunduk pada penguasa sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran islam. Sebaliknya, mereka yang duduk di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, harus berusaha semaksimal mungkin menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam Al-Qur’an swt. berfirman:
“sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. An-Nisa’: 4: 58)
Selain menyinggung masalah amanah, ayat diatas juga menyinggung untuk menetapkan hukum secara adil. Inilah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat islam yang menduduki jabatan di pemerintah. Tidak menjalankan amanah ini berarti telah melakukan dosa karenanya akan mendapatkan balasan yang setimpal di Hari Kiamat. Jadi, antara pemerintah dan masyarakat menjadi sejahtera. Masyarakat harus membantu pemerintah dalam menjalankan tugas-tugas mereka, begitu juga sebaliknya. Pemerintah berusaha semaksimal mungkin melaksanakan segala tugas dam kewajibannya dengan baik. Jika ini terlaksana, maka negara tersebut akan menjadi negara yang makmur dan sentosa.
Islam memerintahkan umatnya untuk selalu berbuat baik kepada masyarakat sekitarnya, baik muslim maupun non-muslim. Perbuatan ini akan mengantarkan perilakunya menuju surga. Kemudian, dalam bernegara umat Islam tidak boleh membangkang kepada pemerintah. Tetapi harus tunduk dan patuh sepanjang tidak menyimpang dari ajaran islam. Segala pelanggaran yang terjadi ditengah masyarakat hendaknya diserahkan kepada aparat yang berwajib dan jangan main hakim sendiri.[1]

A.   Musyawarah
Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata syawara yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.
Karena kata musyawarah adalah bentuk mashdar dari kata kerja syawara yang dari segi jenisnya termasuk kata kerja mufa’alah (perbuatan yang dilakukan timbal balik), maka musyawarah haruslah bersifat dialogisa, bukan monologis. Semua anggota musyawarah bebas mengemukakan pendapatnya. Dengan kebebasan bedialog itulah diharapkan dapat diketahui kelemahan pendapat yang dikemukakan, sehingga keputusan yang dihasilkan tidak lagi mengandung kelemahan.
1.      Arti Penting Musyawarah
Musyawarah atau syura adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan peraturan di dalam masyarakat mana pun. Setiap negara maju yang menginginkan keamanan, ketentraman, kebahagiaan dan kesukssan bagi rakyatnya, tetap memegang prinsip musyawarah ini. Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan dasar musyawarah ini. Islam menamakan salah satu surat Al-Qur’an dengan Asy-Syura’, di dalamnya dibicarakan tentang sifat-sifat kaum mukminin, antara lain, bahwa kehidupan mereka itu berdasarkan atas musyawarah, bahkan segala urusan mereka diputuskan berdasarkan musyawarah di antara mereka. Sesuatu hal yang menunjukkan betapa pentingnya musyawarah adalah, bahwa ayat tentang musyawarah itu dihubungkan dengan kewajiban sholat dan menjauhi perbuatan keji.
2.      Lapangan Musyawarah
Berbeda dengan teori demokrasi pada umumnya, dimana segala sesuatu bisa dan harus dimusyawarahkan supaya terwujud kehendak mayoritas dalam rangka menegakkan kedaulatan rakyat, maka islam memberikan batasan hal-hal apa saja yang boleh dimusyawaratkan.
Karena musyawarah adalah pendapat orang, maka apa-apa yang sudah ditetapkan oleh nash (al-Qur’an dan as-Sunnah) tidak boleh dimusyawarahkan, sebab pendapat orang tidak boleh mengungguli wahyu (al-Qur’an dan as-Sunnah). Jadi musyawarah hanyalah terbatas pada hal-hal yang bersifat ijtihadiyah. Para sahabat pun kalau dimintai pendapat tentang suatu hal, terlebih dahulu mereka bertanya kepada Rasulullah saw., apakah masalah yang dibicarakan telah diwahyukan oleh Allah atau merupakan ijtihad Nabi. Jika pada kenyataannya adalah ijtihad Nabi, maka mereka mengemukakan pendapat.
Masalah-masalah ijtihadiyah itu diungkap oleh Al-Qur’an dengan kata al-amr (wa syawirhum fi al-amr, wa amruhum syura bainahum). Istilah amruhum dalam ayat tersebut mengandung arti “masalah bersama” (common problems), yaitu masaah-masalah yang menyangkut kepentingan atau nasib anggota masyarakat yang bersangkutan, mulai dari urusan keluarga, organisasi, kenegaraan sampai urusan antarbangsa. Tentu saja yang bermusyawarah memutuskan masalah bersama tersebut adalah pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan urusan tersebut. Dalam level keuarga misalnya, tentu yang akan bermusyawarah adalah suami isteri dan anggota keluarga yang lain. Dalam hal ini Allah memberikan contoh tentang musyawarah suami isteri untuk memutuskan penyapihan bayi sebelum dua tahun. Allah berfirman:



“... apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya ...” (QS. Al-Baqarah 2: 233)
3.      Tatacara Musyawarah
Tentang tatacara musyawarah serta keharusan mengikuti tatacara itu, tidak ada nash al-Qur’an dan as-Sunnah yang menerangkannya. Juga tidak ada nash yang mengharuskan ditetapkannya jumlah anggota majlis permusyawaratan dan cara menghadirkan para anggota.
Tatacara musyawarah yang dilakukan oleh Rasulullah ternyata sangat bervariasi:
(1)                    Kadang kala seseorang memberikan pertimbangan kepada beliau, lalu beliau melihat pendapat itu benar, maka beliau mengamalkannya. Seperti pendapat Al-Hubab ibn al-Mundzir tentang pemilihan tempat yang strategisa dalam perang Badar dan pendapat Salman al-Farisi tentang penggalian parit pertahanan dalam perang Khandaq.
(2)                    Kadang-kadang beliau bermusyawarah dengan dua tiga orang saja. Kebanyakan dengan Abu Bakar dan ‘Umar.
(3)                    Kadang kala beliau juga bermusyawarah dengan seluruh massa melalui cara perwakilan, seperti yang terjadi sesudah perang Hunain tentang rampasan perang dan permohonan bantuan melalui utusan Hawazin.
Dari beberapa peristiwa yang bervariasi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tatacara musyawarah, anggota musyawarah, bisa selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, tetapi hakekat musyawarah harus selau tegak di tengah masyarakat dan negara.

B.   Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Secara harfiyah amar ma’ruf nahi munkar (al-Amru bi ‘I-Ma’ruf wa ‘n-Nahya ‘an ‘I-munkar) berarti menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Ma’ruf secara etimologis berarti yang dikenal, sebaliknya munkar adalah sesuatu yang tidak dikenal. Menurut Muhammad ‘Abduh, ma’ruf adalah apa yang dikenal (baik) oleh akal sehat dan hati nurani (ma ‘arafathu al-‘uqul wa ath-thaba’ as-salimah), sedangkan munkar adalah apa yang ditolak oleh akal sehat dan hati nurani (ma ankarathu al-;uqul wa ath-thaba’ as-salimah)
Berbeda dengan Abduh, Muhammad ‘Ali ash-Shabuni mendefenisikan ma’ruf dengan “apa yang diperintahkan syara’ (agama) dan dinilai baik oleh akal sehat” (ma amara bihi asy-syara’ wa ‘stahsanahu al-’aqlu as-salim), sedangkan munkar adalah “apa yang dilarang syara’ dan dinilai buruk oleh akal sehat” (ma naha ‘anbu asy-syara’ wa ‘staqbahahu al-’aqlu as-salim).
Terlihat dari dua defenisi dia tas, bahwa yang menjadi ukuran ma’ruf ataupun munkarnya sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani. Bisa kedua-duanya sekaligus atau salah satunya. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf, begitu juga sebaliknya, semua yang dilarang agama adalah munkar. Hal-hal yang tidak ditentukan oleh agama ma’ruf dan munkarnya ditentukan oleh akal sehat atau hati nurani.

C.   KESIMPULAN
Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata syawara yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain termasuk pendapat.
Dalam musyawarah ada 3 hal penting yang perlu dibahas, yaitu:
1.      Arti penting Musyawarah
2.      Lapangan Musyawarah
3.      Tatacara Musyawarah
Secara harfiyah amar ma’ruf nahi munkar (al-Amru bi ‘I-Ma’ruf wa ‘n-Nahya ‘an ‘I-munkar) berarti menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Yang menjadi ukuran ma’ruf ataupun munkarnya sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf, begitu juga sebaliknya, semua yang dilarang agama adalah munkar. Hal-hal yang tidak ditentukan oleh agama ma’ruf dan munkarnya ditentukan oleh akal sehat atau hati nurani.


 Daftar Pustaka


PENGEMBANGAN DAN PELATHAN KARYAWAN

BAB I
PENDAHULUAN

Pengembangan adalah fungsi operasional kedua dari manajemen personalia, pengembangan karyawan perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih dahulu ditetapkan suatu program pengembangan karyawan.
Meskipun para karyawan baru telah menjalani orientasi yang komprehensif, mereka jarang melaksanakan pekerjaan dengan memuaskan. Mereka harus dilatih dan dikembangkan dalam bidang tugas-tugas tertentu. Begitu pula, para karyawan lama yang telah berpengalaman mungkin memerlukan latihan untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan-kebiasaan kerja yang jelek atau untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru yang akan meningkatkan prestasi kerja mereka.
Latihan dan pengembangan mempunyai berbagai manfaat karier jangka panjang yang membantu karyawan untuk tanggung jawab lebih besar diwaktu yang akan datang. Program-program latihan tidak hanya penting bagi individu, tetapi juga organisasi dan hubungan manusiawi dan kelompok kerja, dan bahkan bagi Negara.

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Latihan dan Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Menurut Andrew F. Sikula, pengembangan mengacu kepada masalah staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer balajar pengetahuan konseptusal dsn teoretis untuk tujuan umum.sedangkan latihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedeur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Dr. Jan Bella, Pendidikan dan latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik teknis maupun menejerial. Dan menurut Edwin B. Fillo,latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.[1]

B.     Jenis-jenis Pengembangan
Jenis pengembangan dikelompokkan atas dua bagia yaitu:
a.       Pengembangan secara informal yaitu karyawan atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengam mempelajari buku-buku literature yag ada hubungannya denga pekerjaan atau jabatannya. Pengembangan seperti informal menunjukkan bahwa karyawantersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuan kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena prestasi kerja karyawan semakin besar, disamping efisiensi dan produktivitasnya semakin baik.
b.      Pengembangan secara formal yaitu karyawan ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan, baik yang dilakukan perusahaan maupun yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan. Pengembangan secara formal dilakukan perusahaan karena tuntutan pekerjaan saat ini ataupun masa datang, yang sifatnya nonkarier atau peningkatan karier seorang karyawan.

C.    Tujuan Pengembangan
Tujuan pengembangan pada hakikatnya menyangkut hal-hal berikut:
1.      Produktivitas Kerja
2.      Efisiensi
3.      Kerusakan
4.      Kecelakaan
5.      Pelayanan
6.      Moral
7.      Karier
8.      Konseptual
9.      Kepemimpinan
10.  Balas jasa
11.  Konsumen.[2]

D.    Langkah-langkah Proses Pelatihan dan Pengembangan
1.      Analisis kebutuhan
2.      Merencankan instruksi
3.      Langkah validasi
4.      Menerapkan program yang telah dprogramkan
5.      Evaluasi[3]

E.     Metode-metode Pengembangan dan Pelatihan
Metode pengembangan dan Pelatihan terdiri atas dua, yaitu:            [4]
1. On The Job Training
a.       Job Rotation. Metode ini dimaksudkan bahwa dengan berganti jabatan dari satu jabatan atau jenis jabatan satu kejabatan lain akan menambah atau memperkaya pengalaman serta dapat mengenal bermacam-macam variasi problem yang dihadapi. Kelemahan yang ada pada metode ini adalah sering kali peserta pelatihan melakukan jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya sendiri dan seringkali tidak berhubungan. Jenis pelatihan ini sudah jarang digunakan dan walaupun digunakan hanya terbatas pada bidang-bidang pekerjaan yang sejenis atau berhubungan.
b.      Magang. Program magang dirancang untuk tingkat keahlian yang lebih tinggi, leih cenderung kepada pendidikan.
c.       Intership. Mirip dengan magang namun program ini bersifat sementara. Intership memberikan individu pengalaman pada pekerjaan tertentu
2. Off the job Training
a.       Studi Kepustakaan. Metode pelatihan dengan menggunakan bahan-bahan bacaan yang ada atau laporan-laporan penelitian yang diharapkan dapat menambah pengetahuan peserta latihan. Metode ini adalah metode yang paling tua namun tetap dipakai hingga saat ini walaupun hanya sebagai pendamping.
b.      Diskusi, Dalam metode ini melibatkan semua peserta untuk aktif dalam pembicaraan / pemecahan problem-problem yang didiskusikan. Para peserta dalam diskusi ini diharapkan dapat mengembangkan leadership, kerjasama, dan komunikasi yang efektif.
c.       Dinamika Kelompok. Merupakan perkembangan dari teknik simulasi atau role playing. Dalam dinamika kelompok, peserta dilatih untuk lebih peka terhadap dinamika tingkah laku kelompok. Dinamika yang dimaksud antara lain : komunikasi, konflik, penolakan-penolakan, perubahan tingkah laku serta kekuasaan dan kebersamaan. Selanjutnya dengan kepekaan dan penghayatan terhadap behavior yang ada akan sangat membantu dalam memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok.
d.      Role Playing. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk memainkan sebuah peran atau lebih dan pada akhir permainan semua peserta diminta untuk menilai peran yang telah dimainkan sehingga dapat diketahui kekurangan maupun kelebihannya. Didalam role playing terdapat simulasi yang berarti suatu teknik dimana peserta diajak seolah-olah menghadapi suatu kenyataan dan harus mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam waktu yang terbatas.
e.       Multiple Technic. Merupakan pelatihan campuran yang dimaksudkan untuk mengatasi kekurangan yang ada pada teknik lainnya serta mencapai efektifitas latihan yang tinggi. Formulasi teknik latihan ini dapat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan latihan.[5]
Pelaksanaan pengembangan ( training dan education ) didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam program pengembangan perusahaan.[6]
a)      Metode-metode Latihan atau Training
Menurut Andrew F. Sikula metode-metode pelatihan meliputi:
1.      On the job
Teknik on the job merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervise langsung seorang pelatih yang berpengalaman.[7] Para peserta latihan langsung bekerja ditempat untuk belajar dan meniru suatu pekerjaaan dibawah bimbingan seorang pengawas.
2.      Simulation
Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja. Simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpainya.
3.      Classroom Methods
Metode pertemuan dalam kelas meliputi lecture, conference, programmed instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi, dan metode seminar.
4.      Apprenticeship
Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek pekerjaannya.
5.      Demonstration and Example
Demonstration and Example adalah metode latihan yang digunakan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contohatau percobaan yang didemostrasikan.
6.      Vestibule
Adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel tyang biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan industry untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut.
b)      Metode Pendidikan (Education Method)
Metode pendidikan (education) menurut Andrew F. Sikula ( 1981 : 243-274 ) adalah sebagai berikut:
a. Training methods atau classroom methods
b. Understudies
c. Job rotation and planned progression
d. Coaching – counseling
e. Junior board of executive or multiple management
f. Committee assignment
g. Business games
h. Sensitivity training
i. Other development method.
c).  Tolok Ukur Metode Pengembangan.
Indikator-indikator yang diukur dari metode pengembangan yang diterapkan antara lain sebagai berikut:
a. Prestasi kerja karyawan
b. Kedisiplinan karyawan
c. Absensi karyawan
d. Tingkat kerusakan produksi, alat, dan mesin-mesin
e. Tingkat kecelakaan karyawan
f. Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga, dan waktu.
g. Tingkat kerjasama karyawan.
h. Tingkat upah insentif karyawan
i. Prakarsa karyawan
j. Kepemimpinan dan keputusan manajer.
d).  Kendala – kendala Pengembangan
Yang menjadi kendala dalam pengembangan, yaitu:
a. Peserta
b. Pelatih atau instruktur
c. Fasilitas pengembangan
d. Kurikulum
e. Dana pengembangan

F.     Manfaat pelatihan dan pengembangan
Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata dari program pelatihan dan pengembangan adalah:
1.      Manfaat Umum
a.       Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas
b.      Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima
c.       Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
d.      Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia
e.       Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
f.       Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.
2.      Manfaat Bagi Perusahaan
a.       Mengarahkan kemampulabaan dan atau lebih bersikap positif terhadap orientasi pada keuntungan
b.      Memperbaiki pengetahuan dan keterampilan pada semua tingkat perusahaan
c.       Membantu orang mengidentifikasi tujuan perusahaan
d.      Membantu menciptakan citra perusahaan yang lebih baik
e.       Memperbaiki hubungan antara atasan dan bawahan
3.      Manfaat bagi individual
a.       Membantu individu dalam mengambil keputusan yang lebih baik dan pemecahan masalah yang efektif.
b.      Melalui pelatihan dan pengembangan, perubah motivasi dari pengakuan, prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab, dan kemajuan diinternalisasikan dan dilaksanakan.
c.       Membantu dalam mendorong dan mencapai pengembangan dan kepercayaan diri.
d.      Membantu seseorang dalam mengatasi stress, tensi, kekecewaan dan konflik.
e.       Menyediakan informasi untuk memperbaiki pengetahuan kepemimpinan, keterampilan berkomunikasi dan sikap.
4.      Manfaat untuk Personal, Hubungan Manusia dan Pelaksanaan Kebijakan
a.       Memperbaiki komunikasi antara kelompok dan individual
b.      Membantu dalam orientasi untuk karyawan baru dan mendapatkan pekerjaan baru melalui pengalihan atau promosi
c.       Menyediakan informasi tentang kesempatan yang sama dan kegiatan yang disepakati
d.      Memperbaiki keterampilan hubungan lintas personal
e.       Memperbaiki kebijakan, aturan dan regulasi perusahaan yang dapat dilaksanakan[8]

 BAB III
PENUTUP

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan. Prinsip pengembangan adalah peningkatan kualitas dan kemampuan bekerja karyawan.
Jenis-jenis pengembangan di kelompokan atas 2 ( dua ), yaitu:
a. Pengembangan secara informal
b. Pengembangan secara formal
Pelaksanaan pengembangan ( training dan education ) didasarkan pada metode-metode yang telah ditetapkan dalam program pengembangan perusahaan. Dalam program pengembangan telah ditetapkan sasaran, proses, waktu, dan metode pelaksanaannya.




Daftar Pustaka

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.

Dessler, Gary. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta: PT Intan Sejati Klaten.

P. Malayu S. Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta:PT. Bumi Aksara.



                                                                                                      


[1] Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 69.
[2] Ibid., hlm. 70.
[3] Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh Jilid 1, (Jakarta: PT Intan Sejati Klaten. 2006), hlm. 281.
[4] Ibid., hlm. 285.
[6] Malayu S.P. Hasibuan, Op-Cit., hlm. 77.
[7] T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2001), hlm. 112